LANGKAH DAN MANFAAT MENULIS,  SISWA PERLU TAHU!

Deny Noviani, S. Pd.

Guru Bahasa Indonesia SMP Kesatrian 1 Semarang

Menulis sering dianggap aktivitas yang tidak menyenangkan. Tidak sedikit  yang menganggap menulis itu susah dilakukan. Guru sering menjumpai siswa yang  kebingungan ketika diminta untuk menuliskan gagasannya. Mereka tidak tahu harus memulai darimana dan tentang apa. Selain itu, tata bahasa dan ejaan juga sering diwanti-wanti untuk diperhatikan.  Belum lagi siswa minder dengan bentuk tulisannya yang tidak rapi. Kalau sudah begitu, lengkap sudah beban yang dirasakan siswa ketika harus menulis.

Anggapan siswa bahwa menulis sebagai aktivitas “menyebalkan” perlu dibuang jauh-jauh. Siswa  sebaiknya mulai mencari tahu apa enaknya menulis. Menulis pada hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada orang lain melalui tulisan. Pesan yang dimaksud bisa berupa gagasan, informasi, ide-ide, atau perasaan. Dengan demikian, menulis bisa menjadi media yang tepat untuk berkomunikasi ketika orang tidak bisa menyampaikan gagasannya secara lisan.

Melalui tulisan, siswa bisa mencurahkan ide-ide dan gagasan yang ada di dalam pikiran. Bagaimana jika pikiran tidak ada ide atau gagasan apa pun yang bisa diungkapkan? Nah, ini pertanyaan sebagian besar siswa saat diminta guru Bahasa Indonesia menulis sebuah teks. Hal sedehana untuk mulai menulis adalah menentukan tema. Tema adalah pokok permasalahan yang ingin diangkat menjadi tulisan baik fiksi maupun nonfiksi. Pilihlah tema yang sekiranya mampu kita uraikan.

Sebelum mulai menulis, siswa menggali  informasi atau pengetahuan yang nantinya bisa diceritakan. Siswa tidak perlu galau  jika belum mengantongi sejumlah informasi yang berkaitan dengan tema. Siswa bisa mencari informasi terlebih dahulu dari berbagai sumber yang ada. Tapi ingat, biasakan untuk mengambil informasinya bukan tulisannya. Dalam hal ini literasi membaca siswa memang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman. Informasi yang sudah diperoleh siswa nantinya  akan menjadi bahan untuk disampaikan dalam tulisan. Informasi tersebut tidak akan secara mentah siswa masukkan dalam tulisan, tetapi perlu diolah sehingga menjadi tulisan yang baik dan dimengerti oleh para pembaca. Dengan mengolah informasi tersebut, kreativitas siswa juga ikut diasah karena siswa harus mencari penggunaan kata yang tepat. Susunlah informasi tersebut dengan runtut menjadi bagian-bagian yang nanti akan disampaikan. Kegiatan inilah yang biasanya disebut dengan membuat kerangka karangan.

Menyusun kalimat bukan sesuatu yang sulit. Siswa bisa mulai membiasakan membuat kalimat yang pendek. Kalimat tidak harus panjang. Justru kalimat yang panjang terkadang informasinya bertele-tele sehingga pembaca menjadi bosan bahkan tidak paham maksud isinya. Pokok penting dalam sebuah kalimat adalah unsur subjek dan predikat. Subjek adalah apa yang dibicarakan, sedangkan predikat adalah apa yang terjadi dengan subjek. Yuk, bisa dicoba membuat kalimat pendek!

Ketika membuat kalimat tentu saja siswa akan  mengingat ide-ide atau informasi apa yang mesti disampaikan. Tanpa disadari kemampuan otak siswa terasah dengan baik dengan mengingat. Tidak hanya meningkatkan memori dan pemahaman, menulis juga bisa mengasah kemampuan kognitif siswa.

 Kalimat-kalimat pendek bisa terus dirangkai menjadi sebuah paragraf. Apa yang perlu ditulis sesuaikan saja dengan bagian-bagian informasi yang sudah dibuat kerangka. Pada akhirnya, tidak terasa paragraf-paragraf tersebut juga menjadi sebuah karangan utuh. Setelah selesai, siswa bisa membaca ulang. Dengan sendirinya, siswa  akan berasa mana kata-kata yang kurang pas atau tidak enak dibaca. Siswa tidak perlu takut tulisan salah atau jelek. Yang paling penting, niatkan menulis.

Kepuasan akan datang saat tulisan sudah jadi. Ternyata menulis mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi penulisnya. Ada rasa bangga bahwa kita ternyata mampu mengungkapkan pikiran dan gagasan yang ada di otak. Rasanya pasti lega. Minimal kita berhasil menceritakan informasi yang diperoleh dengan tulisan kepada orang lain. 

Secara kesehatan, sudah banyak orang yang membuktikan bahwa menulis membantu mengekspresikan emosi melalui kata-kata sehingga mempercepat penyembuhan. Orang yang terbiasa menulis cerita atau pengalamannya lebih pandai  mengelola stress dengan cara yang sehat.

Pada saat kita sedang merasa senang, sedih, kecewa, atau marah dan tidak mampu mengungkapkannya ke orang lain, cobalah bercerita melalui tulisan. Kita tidak perlu khawatir tulisan yang dibuat buruk susunan kalimatnya. Percaya atau tidak, cara ini sangat ampuh untuk menuangkan perasaan sehingga tidak ada yang “mengganjal” di hati. Apa yang kita tulis seperti sedang menceritakan perasaan ke orang lain. Oleh karena itu, menulis bisa menjadi alternatif untuk melepaskan dan menurunkan tingkat stress.

Terakhir, siswa perlu tahu jika menulis tidak hanya untuk tugas saja, tetapi menulis juga dapat dijadikan suatu profesi. Sudah banyak lho pekerjaan keren yang memerlukan keterampilan menulis. Di era digital saat ini, banyak industri memahami baik tentang hal itu dan tak jarang banyak perusahaan yang mau membayar orang lain “hanya untuk menulis,” seperti blogger, content writer, technical writer, copywriter, scriptwriter, jurnalis dan profesi lainnya. Dengan begitu, menulis dapat memberikan manfaat berupa penghasilan. Sampai di sini, masih tidak mau menulis?